Keserakahan akan berdampak menjadi keresahan dan putus asa

 Keserakahan Akan Berdampak Menjadi Keresahan dan Putus Asa


Film di atas berkisah tentang seorang pemuda karyawan yang harus lembur. Sebutlah namanya Wandi. Saat itu tengah malam, dan Wandi hanya sendirian. Dengan kesal dan raut wajah kosong, dia menendang mesin fotokopi sambil memegang gelas dari kertas. Mungkin dia memang terpaksa melakukan pekerjaan itu. Jenuh menghiasi raut wajahnya yang memang sudah letih. Saat meletakkan gelas dari tangannya ke meja, tiba-tiba dia merasakan gelas itu hilang, masuk ke sebuah lubang hitam besar dari sebuah kertas. Tumpukan kertas itu berasal dari mesin fotokopi yang ada di hadapannya.

Wandi kebingungan kenapa gelasnya bisa hilang. Perlahan dirabanya bulatan hitam aneh yang telah menelan gelasnya. Dia rasakan tangannya ikut hilang tertelan lubang hitam. Perlahan dia tarik tangannya karena terkejut. Sejurus kemudian dimasukkannya lagi lebih dalam dan ternyata dia temukan gelas kertasnya di sana. Dia angkat kertas bergambar lubang hitam itu dan dia masuk-keluarkan tangannya. Lalu dia sadar, lubang hitam ajaib ini bisa menembus ruang. Wandi merasa beruntung mendapat keajaiban ini dan siap untuk memanfaatkannya.

Dilihatnya sekeliling, sambil deg-degan jika ketahuan orang lain. Matanya terhenti pada vending machine berisi makanan dan minuman berbayar. Tapi dia punya alat canggih. Tanpa harus bayar, dia bisa ambil apa pun yang dia mau. Dan benar saja, dia ambil wafer cokelat idamannya tanpa harus membayar. Sukses. Lubang hitam ajaib itu kini menjadi temannya.

Sukses pada hal yang lebih sederhana, kini Wandi memikirka hal yang lebih menantang. Dilihatnya ruang bosnya yang sedang terkunci rapat. Dia datangi ruangan itu dan tanpa kunci, dia bisa membuka pintunya menggunakan lubang hitam ajaib yang dia miliki.

Satu demi satu tumpukan uang dia keluarkan dari brankas. Makin banyak makin berdebar jantungnya. Sampai uang yang tidak bisa lagi direngkuh dengan tangannya, sang pemuda mulai memasukkan badannya, makin dalam, makin dalam, dan kini Wandi telah masuk dengan sempurna ke dalam brankas. Tapi, tiba-tiba selotip kecil yang membuat kertas ajaib itu menempel pada pintu, terlepas. Dan kertas ajaib itu juga terjatuh ke lantai. Sang pemuda kebingungan, kini posisinya ada di dalam brankas dan uang berada di luar. Dia terjebak dan tidak bisa keluar. Lubang ajaibnya telah jatuh ke tanah.

Keserakahan yang merasuk dalam hatinya telah membuat Wandi terjebak di brankas. Sendirian.

Cerita yang saya dapatkan dari situs YouTube ini saya putar berulangulang. Entah kenapa tidak pernah bosan. Mungkin karena cerita ini Cocok sekali menggambarkan tentang motif terdalam dari setiap jiwa manusia.

Sang pemuda, Wandi, energinya makin lama makin melemah. Mulai dari kondisi “kemarahan” saat dia kesal menerima tugas lembur, akhirnya keajaiban “lubang hitam” yang mestinya bisa menjadi solusi kebaikan bagi hidupnya, malah diturunkan energinya menjadi energi “keserakahan”. Dia gunakan keajaibannya untuk hal yang tidak positif. Dia lemahkan lagi energinya dan diperturutkan hawa nafsunya, hingga masuk ke kondisi “ketakutan”. Itu terasa dari wajahnya yang melihat ke sekeliling, jantung yang berdebar, napas yang terengah-engah ketika melakukan keserakahannya.

Akhirnya, sampailah dia pada kondisi “keresahan” Jiwanya resah, karena dia tahu dalam lubuk hatinya, dia mengambil yang bukan haknya. Dia melakukan hal yang tidak dibenarkan hukum baik itu hukum adat, hukum negara, hukum etika maupun hukum agama. Dan, saya tambahkan satu hukum, yaitu hukum energi jiwa. Dia melawan energi positifnya. Dia habiskan energinya dan semakin lama semakin habis dan melelahkan jiwanya.

 “Semakin habis energi positif seseorang akan semakin tidak tenang jiwanya, semakin jauh dari bahagia dan dijauhkan dari rezeki”. Tapi, sampai titik “keresahan” tampaknya sensor hati Wandi masih tidak bekerja. Dia teruskan semua aksi tidak positifnya tersebut sampai akhirnya tiba di motif jiwa “keputusasaan” atau apatis. Hal itu terjadi saat dia berada di dalam brankas dan tidak tahu solusi apa yang bisa dia pikirkan tentang keluar dari brankas tersebut. Dia kebingungan, ternyata keajaiban yang indah itu malah berujung tragis, masuk dalam state “penjara”.

Saya bisa membayangkan, saat keesokan harinya ditemukan oleh orang lain di dalam brankas itu, dia akan dihadapkan pada dua pilihan kondisi jiwa. Pertama adalah perasaan “malu dan bersalah” karena kesalahan yang dia perbuat. Atau, kondisi jiwa kedua, yaitu 'depersonalisasi” atau bukan manusia, artinya gila. Tidak merasa bersalah, melawan fakta, dan tidak lagi mengenal dirinya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Tercipta

TANGGAL 31 JANUARI 2022 BATAS AKHIR AKTIVASI AKUN BELAJAR.ID

Cahaya Membuat Dunia ini Menjadi Indah